Minggu, 24 Maret 2013

Radio Telesonic 'Horog - horog ..."

oleh Ahmad Arifin (Catatan) pada 7 Juli 2012 pukul 18:06
Radio Telesonic “Horog-Horog”

“Murah Sandhang Pangan… Segeer kuwarasan”

         Mendengar sebuah tembang yang tertulis diatas kita akan membayangkan penyanyi sinden’nya yang sudah berumur, memakai kain jarik batik dan kebaya serta gelungan rambut yang agak besar, sesekali dengan wajah yang sedikit ramah, dan kemayu, tetapi suara tembang tersebut dulu sering terdengar di sebuah radio tua yang dipakai orang-orang tua menemani bersantai pada waktu lenggang. Radio tua ini banyak terdapat dikampung-kampung pada waktu itu, dan selalu berada disamping bantal.
         Radio Telesonic Horog-Horog ..ya, kenapa ? aneh ya..? kok ada horog-horognya? Karena horog-horog adalah sekedar kata tambahan nama yang diatributkan pada radio tua tersebut, karena pada waktu membesarkan volume / menghidupkan, radio tua itu selalu berbunyi “Grog…” atau “hrog..” sehingga sering memberi suara gaduh “pokok’e  gembrudug (bergemuruh) nik pas wayah di kak’ne..( pokok nya suaranya itu bergemuruh bila pada waktu radio itu mulai di hidupkan..)”.  kata orang-orang yang mempunyai radio telesonic pada waktu itu.
         Gagang buat pegang’an terbuat dari “stainless besi”, juga ada “thok-thok (stempel)” bertuliskan Telesonic, sedangkan di sebelah kiri atas ada tulisan “telesonic super solid state” dan di bawah volume juga ada tulisan “super sensitivity selectivity fidelity”.
         Seperti warna botol buat tempat garam, radio tua tersebut berwarna hijau tua. Pada bagian belakang tutupnya terbuat dari bahan sejenis hardboard yang ada peringatan “please instaal four flashlight batteris as indicated” yg bermaksud bahan untuk menghidupkannya dengan baterai besar sebanyak 4 buah.
         Radio tua ini juga sering dibawa di depan rumah buat menemani jagongan sembari minum wedhang kopi bareng-bareng yang telah disediakan di “ceretblirik, untuk urusan merokok, rokok yang disediakan rokok berjenis klobot yang tidak ada filternya seperti rokok tjap alang-alang, rokok tjap sukun dan tjap gentong, bahkan terkadang ada yang membawa tembakau sendiri dan dilinting pelan-pelan menggunakan kertas sigaret bergambar rumah burung dara.
         Dibawah sinar bulan purnama dan sejuknya angin malam siaran RRI spt  wayang kulit dan ludruk selalu memeriahkan susana jagongan yang terlihat guyup sampai menjelang fajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar