Sabtu, 23 Maret 2013

Mbah boyong si ratu kucing pada waktu itu

Mbah boyong si ratu kucing pada waktu itu

oleh Ahmad Arifin (Catatan) pada 13 Juli 2012 pukul 13:50
MBAH BOYONG SI RATU KUCING
PADA WAKTU  ITU

       Mbah boyong adalah sebutan dari warga utara Pasar Baroe Pare / Lor pasar untuk seorang gepeng perempuan yang kerap duduk di sebelah selatannya Toko Wali Aji (sekarang toko tersebut bernama Toko Firdaus) setiap sore menjelang magrib.
       Bila anda bingung kenapa kok dipanggil dgn sebutan Mbah Boyong, kenapa kok bukan Mbah anu.. Mbah itu…dll. Sebab penampilan Mbah Boyong persis seperti suku gipsy yang ada di film-film telenovela, dengan dandanan yang ‘Gembrendhel, berkerudung dan memakai anting-anting serta kalung besar yang lumayan banyak bersama dengan barang-barang bawaannya dan Kucing-kucing yang selalu mengikutinya..komplit deh pokoknya.
       Ketika hari menjelang malam, mbah boyong “Sang Ratu Kucing” ini kerap seperti orang yang sedang “nembang ngelantur dan bernyanyi lirih, juga terkadang melakukan sebuah kegiatan kecil dengan membakar sampah-sampah yang berserakan (mungkin buat menghangatkan badan) ditemani Kucing-kucing yang selalu menemani).
       Kerapkali ibu-ibu di utara Pasar Baroe menakut-nakuti anaknya dengan berkata “engko nik awakmu panggah nakal ae… tak kon ngancani Mbah Boyong ben dadi anake..” kata sang ibu. Sebab konon kata orang-orang sekitar Mbah Boyong sering tertawa meringis bila melihat bocah-bocah kecil yang nakalnya minpa ampun
       Kurang lebih tahun 1989-1993 Mbah Boyong menghilang di Kota Pare, ketika Pasar Baroe Pare kebakaran yang ke-2 dan Pasar situasi pasar mulai direnovasi yg kemudian menjadi cikal bakal Pasar Pamenang Pare yang tetap berdiri sampai saat ini.





Bedanya ‘kemplang dan ‘gemplang..

         Namanya “kemplang lho… bukan gemplang, sekilas 2 kata tadi hampir sama dan “kemplang” memang betul-betul nama jajan… its real man !, sampai sekarang ‘kemplang masih eksis di perkampungan seperti Teoleongredjo, Kauman, gg. Wilis, Pulosari, sampai koplakan. Sementara kalau “gemplang” itu adalah sebuah ungkapan untuk “melempar barang dengan ekspresi yang amat kesal. “Tak gemplang dingklik engko.. (tak lempar kursi nanti…)” begitu bunyinya bila seseorang lagi sangat kesal hehe.., entah itu kursinya dilempar atau tidak sebaiknya kita tanyakan saja kepada rumput yang bergoyang
         Nah… kembali ke jajan “kemplang tadi, biasanya “kemplang” terbuat dari pati terigu, yang digoreng kering, lalu ditaburi gula pasir yang tebal. Jadi jajan kemplang tersebut rasanya sangat manis.
         Sampai saat ini jajan ‘kemplang masih eksis alias ‘still survive from the modern food’s attack. Selain di perkampungan jajanan “kemplang bisa disapatkan dibakul ‘Tenong yang menjajakan dagangan di dalam pasar pemenang bercampur dengan aneka jajan goreng lainnya … enjoy it.



1 komentar:

  1. thankspostingan nya
    saya baru tau, saya baru saja melewati makam nya
    dan itu skrg sudah tak te rawat

    BalasHapus