Sabtu, 23 Maret 2013

A short stories about Pendhem keris

A short stories about Pendhem keris

oleh Ahmad Arifin (Catatan) pada 30 Desember 2012 pukul 16:52
Pendhem Keris (Wis Njaluk… ngarani )

         Pada suatu ketika di dalam Pasar Baroe Pare ada seorang “manula yang sering dipanggil dengan sebutan “pendhem keris”. Orang tua yang sudah berumur itu sering minta uang para pengunjung Pasar Baroe Pare diwaktu pagi sampai siang hari. Dinamakan dengan sebutan “Pendhem Keris” karena selalu digoda oleh orang-orang Pasar dengan teriakan “pendhem…!” dan selalu membawa sebuah keris ‘tumpul untuk menakut-nakuti orang-orang pasar yang sebetulnya ‘tidak takut, keris tersebut selalu dipegang ditangan kanannya sambil sesekali diacung-acungkan keatas.
         Nama aslinya “Gisan” entah tinggal dimana yang jelas bila pada waktu pulang dari Pasar Baroe Pare selalu naik becak menuju ke arah utara perempatan Pancaran, Pendhem Keris sering meminta uang kepada para pengunjung yang berbelanja di Pasar Baroe Pare, dia juga terkadang terlihat bergandengan dengan wanita yang juga sama-sama meminta.
         Bila meminta uang Pendhem Keris selalu menentukan jumlah uang yang diminta “ndhang.., njaluk 1000,- ae tak nggo tuku wedhang ning warung kono lo…( minta seribu ya…, buat beli kopi di warung sebelah sana lho..)” Sapa pendhem keris kepada pengunjung yang kebanyakan perempuan, tatkala ibu-ibu yg dimintai uang memberi uang receh Rp. 100,- pendhem keris selalu menolak dengan ungkapan yang bergumam “emooh aku…, gak iso dingge tuku wedhang, duit ngono kuwi. Nggonku enek sak slorok’an ..!!( gag mau aku…, gag bias buat beli kopi.., uang begituan ditempatku ada selaci tuh..!!) Sang ibu yang memberi uang pun bingung, dalam hati bergumam “Dikek’I kok muring-muring, wis njaluk… ngarani..( diberi kok marah2…, sudah dikasih..eh nentukan harga pula..)”, tetapi bila yang diminta uang memberi sesuai ketentuannya (Rp. 1000,-) pendhem keris selalu berucap “Suwun…suwun… tak dongakne rejekine ambyor koyok linthang ceblok…( terima kasih…2x, saya doakan rejekinya jatuh seperti bintang terang…) sampai berkali-kali sehingga sang pemberi pun tersipu malu sambil berucap”inggih…inggih…( iya..iya..)”
         Orang-orang yang berdagang atau yang berjaga parkir sepeda bila melihat “pendhem keris” yang sedang meminta terkadang “menggoda” dengan meneriaki bersama-sama “Ayo… dipendhem ae…( ayo..dikubur aja orang itu..) ada juga yang berteriak “gak usah dikek’I buk…ngapusi kui (tidak usah dikasih uang bu.., pendhem bohong..) Pendhem keris yang merasa kesal di olok-olok langsung menyahuti orang-orang dengan ungkapan “Anggitmu larahan piye… dipendhem…( kamu kira kotoran ya aku.. kok kalian bilang begitu,,) sambil memperagakan aksi silatnya dan beratraksi dengan posisi tangan dibawah dan kaki di atas, orang-orang kembali berteriak menyorak’i “hiya..hiya…” jadilah para pengunjang pasar Baroe Pare mendapat sebuah hiburan gratis di pagi hari.
         Sesudah ber’atraksi dan menghibur pengunjung pasar, Pendhem keris pun sambil tersenyum biarpun agak kesal habis di “gojlog’i orang-orang, dia pun pamit kepada semuanya. “Sik ya… tak mulih dhisik.., nggatek’ne awakmu kabeh ora enek entek’e engko…( udah ya…, tak pulang duluan.., mikirin kalian semua tidak ada habisnya tau..) sambil melangkah menuju pintu gerbang sebelah timur dan pulang dengan naik becak sampai di tempatnya.


20,8,2012  Arifinman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar